Saturday, May 2, 2009

Dunia Usaha Dunia Industri

Sumbangsih Pemikiran Alternatif-Relevansi Pendidikan:
“MEMPERTINGGI EFEKTIVITAS PROGRAM MAGANG INDUSTRI MELALUI
PENDEKATAN KEMITRAAN DALAM RANGKA MEMBANGUN
KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI”

(DUDI)
Oleh
Tjetjep Djatnika
Staf Pengajar Politeknik Negeri Bandung (POLBAN)
Email : t.djatnika@an.polban.ac.id - www.puslitjaknov.org

ABSTRAKSI
Program sandwich yang diselenggarakan pendidikan tinggi (PT) vokasi khususnya belumberjalan efektip karena berbagai kendala, diantaranya adalah kurang optimalnya PTdalam membangun hubungan dengan para stakeholder -nya. Dilain fihak, kebanyakanDUDI di Indonesia masih banyak yang bersifat traders ketimbang industrialists. Apapun situasinya, inisiatif harus datang dari fihak PT dengan paradigma baru yangmemposisikan diri sebagai penjual. Teori keputusan pembelian: AIDA, Buyer Resolution, dan Need-Satisfaction diusulkan menjadi landasan bertindak dalam merumuskan programmagang yang berhasil. AIDA berdalil bahwa keputusan beli merupakan proses yangberurutan, dimulai dari adanya perhatian, ketertarikan, dan minat; buyer resolutionberdalil bahwa keputusan beli akan terjadi jika pembeli bisa menjawab lima pertanyaandengan positif; dan teori need-satisfaction berdalil bahwa pembelian merupakan prosespemenuhan kebutuhan. Pemahaman yang baik tentang kebutuhan konsumen DUDI dalamprogram kerjasama pendidikan dan penempatan kerja praktek diperlukan. DUDI skalabesar dan ekstra besar mungkin bersifat lebih selektif dan kompleks, sehingga perlupendekatan Need Satisfaction. Sedangkan DUDI skala menengah bisa denganpendekatan Buyer Resolution. Melalui pendekatan alternatif ini diharapkan bahwakesediaan menerima peserta magang tidak lagi karena alasan pilantropis melainkan upayasaling membutuhkan. Bagi PT, dampak positif dari suksesnya progam ini adalahmeningkatnya kepercayaan dan keyakinan mereka terhadap hasil dan mutu PT. yang padagiliran selanjutnya akan meningkatkan minat beli mereka untuk merekruit lulusannya. Peran manajer urusan magang industri, sebagai sales team leader, sangat strategis dalammenciptakan dan memelihara tersedianya tempat magang yang memadai sesuai dengantuntutan kurikulum.
Kata kunci: Program sandwich, kemitraan, PPV, keyakinan dan kepercayaan, minat beli.

Industri Pendidikan Tinggi

Industri Pendidikan Tinggi

Harian Kompas - Rabu, 14 Januari 2009 | 00:25 WIB

Amich Alhumami

Pengesahan Undang- Undang Badan Hukum Pendidikan memicu kontroversi di sebagian masyarakat akademia.

Mereka menolak dengan argumentasi logis-rasional, merujuk pada pengalaman PT BHMN (UI, UGM, IPB, ITB, USU, UPI). Para mahasiswa berdemonstrasi menentang Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) karena dianggap melegitimasi praktik komersialisasi pendidikan tinggi.

Industri pendidikan

Biaya pendidikan tinggi yang selama ini sudah amat mahal dikhawatirkan bertambah mahal karena pengelola perguruan tinggi—karena didorong motif ekonomi dan mengikuti hukum pasar—akan menjadikan pendidikan tinggi sebagai barang komersial, sama seperti barang dagangan lain dalam suatu transaksi perniagaan.

Lazimnya transaksi perniagaan, pertimbangan untung-rugi merupakan faktor penentu dalam pengelolaan perguruan tinggi. Jika pendidikan tinggi sudah menjadi barang komersial berharga mahal, sudah pasti hanya masyarakat kaya yang mampu menjangkaunya. Masyarakat miskin akan kian sulit mendapat akses ke layanan pendidikan tinggi karena keterbatasan kemampuan finansial.

Maka, hak dasar setiap warga negara untuk mendapat pendidikan bermutu sampai ke tertiary education menjadi kian sulit dipenuhi, terlebih karena sejauh ini kemampuan pemerintah dalam melindungi kelompok miskin melalui aneka instrumen kebijakan masih belum memadai.

Padahal, tiga isu besar yang bersifat eternal—affordability, accessibility, accountability—justru merupakan persoalan utama yang harus mendapat perhatian khusus dan harus ditangani serius oleh para perumus kebijakan dan pengelola perguruan tinggi (lihat Donald Heller, The States and Public Higher Education Policy, 2003).

Kehadiran UU BHP sejatinya hanya penegasan belaka atas kenyataan bahwa pendidikan tinggi di Indonesia telah berkembang menjadi industri. Di negara-negara maju, seperti AS, Kanada, Inggris, atau Australia, pendidikan tinggi memang merupakan lahan industri strategis yang menjadi bagian dari dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan.

Di negara-negara itu, industri pendidikan tinggi tumbuh pesat seperti industri jasa dan perdagangan yang lain. Lihat sentra- sentra industri pendidikan tinggi dunia yang sungguh memikat, seperti Boston, New York, California; Toronto, British Columbia; London, Manchester, Cambridge; atau Sydney, Melbourne, Canberra. Perkembangan industri pendidikan tinggi menuju komersialisasi pun tak terbendung, ditandai proses kapitalisasi ilmu pengetahuan terutama ketika pertumbuhan ekonomi digerakkan iptek—knowledge-and technology-driven economic growth.

Tiga motif

Komersialisasi pendidikan tinggi umumnya didorong tiga motif utama.

Pertama, hasrat mencari uang dan dukungan finansial serta keinginan menggali sumber-sumber pembiayaan alternatif, yang ditempuh melalui apa yang di kalangan universitas Amerika/ Eropa disebut an offer of generous research funding in exchange for exclusive patent licensing rights.

Kedua, peluang mengembangkan (baca: menjual) program pendidikan jarak jauh untuk memperoleh keuntungan finansial sebagaimana yang sudah lazim dilakukan di perguruan tinggi di Indonesia.

Ketiga, mendapatkan aneka kontrak yang menguntungkan dengan perusahaan/industri melalui pemberian dana, fasilitas, peralatan, bahkan seragam olahraga sebagai imbalan mendapatkan atlet-atlet bertalenta, yang mensyaratkan mereka mengenakan logo perusahaan pemasok dana bagi perguruan tinggi.

Bahaya

Namun, industri pendidikan tinggi yang mengarah ke komersialisasi ini mengandung bahaya bagi perguruan tinggi bersangkutan. Derek Bok dalam Universities in the Marketplace: The Commercialization of Higher Education (2005) mencatat sejumlah bahaya yang patut diwaspadai.

Pertama, bila godaan mencari keuntungan finansial melalui aneka kontrak dari perusahaan/ industri tak terkendali dan tak dikelola dengan baik, hal itu akan menggiring perguruan tinggi melupakan misi suci (sacred mission) yang harus diemban, yakni melahirkan insan-insan terdidik dan berkeahlian, yang menjadi basis bagi ikhtiar membangun masyarakat beradab dan pilar utama upaya pencapaian kemajuan bangsa.

Kedua, bila sekadar terobsesi oleh motif ekonomi semata, perguruan tinggi akan cenderung mengabaikan fungsi utama sebagai lembaga produsen ilmu pengetahuan, pelopor inovasi teknologi, serta pusat eksperimentasi dan observatorium bagi penemuan-penemuan baru. Padahal, peran hakiki perguruan tinggi adalah the center of knowledge inquiries and technology innovations, yang bukan saja penting untuk memperkuat institusi perguruan tinggi sendiri sebagai pusat keunggulan dan penelitian, tetapi juga akan memberi kontribusi pada ikhtiar membangun peradaban umat manusia.

Ketiga, konflik kepentingan antara dua hal—menggali sumber pembiayaan dan mengembangkan iptek melalui riset ilmiah— berpotensi mengorbankan core academic values karena perguruan tinggi cenderung berkompromi antara pilihan menjaga standar mutu program akademik dan tuntutan mendapatkan dukungan finansial dari perusahaan/industri.

Merujuk pada sejumlah kekhawatiran itu, kehadiran UU BHP bisa menjadi pedang bermata dua.

Pertama, memberi landasan hukum bagi universitas/institut untuk secara kreatif mencari alternatif sumber pembiayaan bagi penyelenggaraan pendidikan tinggi dan meningkatkan efisiensi/efektivitas manajemen perguruan tinggi guna meningkatkan kualitas program akademik.

Kedua, dapat memicu komersialisasi melalui aneka kontrak bermotif ekonomi dengan perusahaan/industri yang berpotensi menggerus fungsi esensial perguruan tinggi sebagai Maison des sciences de l’homme.

Untuk itu, kewaspadaan dan kehati-hatian dari semua stakeholder sangat diperlukan dalam melaksanakan UU BHP agar tidak memunculkan ekses negatif yang justru kontraproduktif bagi upaya memajukan perguruan tinggi di Indonesia.

Amich Alhumami Penekun Kajian Pendidikan; Berafiliasi dengan Direktorat Agama dan Pendidikan, Bappenas

Friday, May 1, 2009

Tanggapan Anda

Diploma Sebagai Jenjang Profesional

Mengundang seluruh pemerhati industri, keprofesian dan akademisi bidang Desain Komunikasi Visual di Indonesia dapat memberikan tanggapan dan pemikiran yang komprehensif bagaimana sebaiknya tentang pendidikan DKV dengan strata diploma D1, D2, D3 dan D4 berperan sebagai jenjang profesional. Pergunakan bok komentar tersedia. Terimakasih.

Thursday, April 30, 2009

Terjebak Jejaring Komunitas

TERJEBAK JEJERING KOMUNITAS

De Maulana Anggakarti

Aktualisasi versus Ekspresi

Fenomena pemanfaatan medium jejaring /web dengan cara bergaul ala komunitas menjadi bagian menarik sampai saat ini menurut beberapa sumber yang dapat dipercaya bahwa komunitas itu dihuni kelompok usia antara 15 - 28 sampai 35 bahkan lebih sedangkan angkanya bisa mencapai diatas 2 sampai 5 juta orang. Barangkali hal tersebut menjadi medium anyar sebagai tempat aktualisasi dan ekspresi dengan cara berbagi yang tak terbatas oleh ruang dan waktu. Pernah saya mendengar percakapan seorang ibu dengan anaknya berkisar usia 13 tahun di suatu Mall di Kota Bandung.  " Sebentar...sayang..., sebentar lagi kamu bisa main internet " kata Ibunya. Terlihat ibunya sedang meng-aktivasi koneksi pada sebuah outlet selular. Saya cuma bisa tersenyum...

Terlepas dari baik buruknya dampak pemanfaatan dari jejaring dengan ala komunitas. Sebetulnya pemanfaatan pada medium itu dapat dikembangkan kepada hal yang paling positif jika melihat dua kata diatas yaitu " Aktualisasi - Ekspresi " . Seseorang atau masyarakat apalagi produsen untuk merek tertentu, media menjadi kebutuhan sebagai sarana komunikasi. Rupanya media ini telah menjadi kebutuhan juga buat individu dalam hal menyampaikan ide dan gagasannya kepada orang lain. Melalui komunitas jejaring yang telah ada dan akan semakin banyak maka menjadi kesempatan bagi seseorang untuk mengkomunikasikan berbagai hal didalamnya.

Media itu dapat dijadikan suatu ajang promosi diri yang bersifat independen, bisa saja mempromosikan tentang talenta dalam bidang tertentu, bisa kemampuan dalam hal jasa maupun penciptaan suatu produk/ barang tertentu atau sekedar punya kemampuan sebagai " rumah konsultasi". Dengan cara free atau dikenakan jasa bayar hal itu sebagai bentuk tindak lanjut setelah mendapat tenggapan dari kedua belah pihak.

Bagi remaja dan dewasa seusianya medium komunitas jejaring menjadi ruang ajang aktualisasi kemampuan diri siapa kita sebenarnya, bagaimana supaya orang lain tahu dan dimana kita punya tempat saluran berekspresi tentang kemapuan itu. Dilain pihak orang lain pun mencari suatu talenta tertentu yang barangkali susah mendapatkan sumbernya. jadi sebetulnya dengan medium itu sudah mulai terbuka kunci informasi antara dua sumber yakni penyedia dan peminat. Ditengah situasi ala jejaring komunitas anggaplah "Free Media" akan menjadi ajang kompetitif ke arah yang amatir atau profesional, maka seseorang akan lebih dinamis dalam menyampaikan talentanya dalam berbagai kemampuan yang selama itu terpendam.

Dalam bentuk ekspresi bagaimana seseorang dapat memperlihatkan aktualisasi dirinya dengan cara mengungkapkan lebih berani dan bebas serta positif, dalam bahasa iklan berani tampil beda. Bentuk ekspresi dapat diterapkan menjadi ungkapan bahasa seperti halnya menggunakan bahasa visual atau verbal, seseorang akan lebih terlihat kemampuannya dari penampilan dengan cara menggunakan salah satu bahasa tersebut. 

Dengan media komunitas jejaring seseorang bisa jauh lebih mandiri dalam menciptakan kesempatan hidup lebih baik, selain menciptakan bentuk sosialisasi, mengungkapkan talenta seseorang dapat juga menciptakan citra diri sebagai bentuk keprofesian. Sebuah produk dalam menggunakan media sebagai promosi akan dikenakan bayaran yang sangat mahal dan selalu dipakai karena media sangat membantu upaya mengangkat citra produk dan penjualannya. Jika media jejaring komunitas itu dapat diperlakukan seperti halnya suatu produk berpromosi dengan cara lebih "soft" berarti kesempatan untuk seseorang dalam memanfaatkan teknologi informasi itu.

Pada umumnya penyedia media jejaring telah membuat slot direktori dimana kita mau berkumpul maka disitulah peluang informasi akan mudah didapat, jika semakin banyak aktivasi atau regristrasi maka sah-sah saja jika seseorang mendapatkan kesempatan yang lebih berkembang. Dengan cara berbagi informasi dapat dijadikan kunci sebagai pintu pembuka mengawali pembicaraan, pada umunya media jejaring telah memberikan dua pilihan "ya atau tidak" maka semakin mudah bagi seseorang untuk mengembangkan tujuannya dalam berbagai hal.

Teknologi jejaring itu akan semakin mudah digunakan level sekolah dasar pun telah banyak memakai, sebagai ilustrasi dulu seseorang sulit membuat web dan "di mahalkan" jasanya, kini tinggal ketik dan aktivasi maka tersedialah tayangan display sebuah web lengkap dengan cara dan petunjuk editing nya, tentu free tapi jangan salah sangka jika anda merasa pas anda bisa bayar premium yang dapat dipergunakan secara komersial dan profesional.

Menjual Diri Sendiri

Menjual diri sendiri bukan maksud arti kata senonoh, barangkali sebutan gampangnya seperti itu bagaimana dapat membangun diri sendiri dan mengembangkannya melalui medium komunitas jejaring, siapa sebetulnya kita diantara komunitas tersebut kemudian punya kebisa atau talenta apa yang dapat dijelaskan kepada komunitas, dimana kita berada selanjutnya apa yang bisa kita lakukan untuk berbagi, apa bedanya dengan yang lainnya barangkali kita lebih spesifik dan punya nilai lebih atau unik dari yang lainnya.

Pada kalimat terakhir sudah memperlihatkan kreatifitas bagi seseorang yang mempunyai talenta yang dapat di ungkapkan dengan cara yang paling mudah, pada level remaja dan dewasa muda yang dominan banyak kreatifitasnya menjadi kesempatan yang sangat berharga dapat disalurkan sebagai bentuk promosi diri. Dapat bersaing dan membuka kesempatan ajang tukar pendapat pada bidang tertentu bahkan sangat luas. Komunikasi dan informasi ini sangat dan saling dibutuhkan bagi yang lainnya mulai dari yang biasa hingga luar biasa atau hal aneh sekalipun. Dimana informasi akan didapat, bagaimana komunikasi dapat dibina, bagaimana potensi talenta seseorang dapat berkembang dan mendapat aktualisasi pengakuan hingga mencapai tingkat profesional dan menguntungkan.

Kesempatan itu dapat diaktualisasikan dengan cara sendiri bagaimana berperan sekaligus sebagai sutradara dan hebatnya bisa berperan sebagai penjual. Dengan cara bertahap medium jejaring gaya komunitas akan membentuk kepribadian mengarah pada perilaku entrepreneur, seperti menciptakan bentuk komunikasi simpatik kepada komunitas dengan berbagai cara kemampuan yang telah disiapkan sebelumnya tentu akan mendapatkan tempat dan atau mendapat perhatian, atau mengungkapkan apa adanya sebagai bentuk low profile tetapi menyimpan potensi yang luar biasa.

Pemanfaatan sekaligus memfungsikan media jejaring komunitas tidak ubahnya seperti company profile pada sebuah perusahaan, bagaimana membuat personality profile yang dapat dipercaya keberadaannya. Orang lain menjadi butuh dan punya kepentingan untuk melakukan komunikasi bahkan transaksi, jadi personality profile itu dapat menjadi potensi media promosi untuk menyampaikan berbagai potensi produk diri. Pada kategori media jejaring lainnya seperti penyedia blog bisa jauh lebih tepat, kerena blog pada prinsipnya adalah personality web yang disediakan dengan free bagi masyarakat luas. Tinggal memilih pada posisi mana yang akan di aktivasikan manjadi keanggotaan.

Lewat media komunitas jejaring tidak terdapat diskriminasi, semua orang bisa masuk selama mengikuti tata atur berkaitan dengan norma pada umumnya. Keunikan yang paing spesifik adalah menemukan teman baru, anggaplah klien baru jika dapat diolah dengan cara dan berbagai pendekatan maka tidak menutup kemungkinan dapat menjadi peluang. Telah banyak dibuktikan dengan cara itu potensial berbagi informasi yang mengarah kepada relasi dan bisnis telah banyak terjadi. Yang paling penting perlu ditekankan adalah siapa anda sebenarnya.

Menyulap Kemudahan Menjadi Keuntungan

Produk bernafaskan teknologi informasi seperti perangkat selular dan komputer pc, laptop atau notebook dari sisi operasional aplikasi kecenderungannya akan semakin murah dan mudah dapat dilakukan oleh seseorang dan ini bisa dijadikan suatu kesempatan cara dan untuk melakukan promosi khususnya promosi aktualisasi diri sekaligus mengekspresikan potensi telenta ke arah profesional, bisa lebih bebas dan mandiri. Mengembangkan jaringan ke berbagai komunitas dan kesempatan yang dapat diraih nilai dan manfaatnya. Pada kurun waktu tertentu perubahan sikap dan cara pandang dengan mengetahui potensi medium ini dapat dijadikan sumber pemberdayaan dan pengembagan diri atau kelompok dengan berbagai potensi informasi yang terdapat didalamnya.

Mudahkanlah orang lain mengetahui potensi diri anda dan sebaliknya, kembangkan dengan cara amatir dan free atau dengan pendekatan profesional dan bayar premium, jika mendapat suatu tanggapan melebihi apa yang diharapkan mulailah kembangkan dengan cara pembentukan komunitas dan atau gandengkan dengan bentuk jajaring lainnya yang dianggap lebih prosfektif, anggaplah seperti kata transformasi yakni bagaimana melakukan pemberdayaan diri dan pengembangan kepada masyarakat.

Wednesday, April 29, 2009

Grantwriting | David Rubenstein, Ph.D.

Program Management: Resource Development

Grantwriting
"Winning a grant takes more than an idea and a funding source. It takes an organization that is well managed, that understands its purpose, and one that utilizes its staff and board efficiently."
Document Author: By David Rubenstein, Ph.D.

Key topics of this resource: 

Strategic Planning 
The Short Grant Proposal
Writing The Grant Proposal
  Preliminary Steps
  Proposal Content
Do’s and Don’ts of Grant Writing 
Attachments to Include

STRATEGIC PLANNING AND THE ART OF GRANT WRITING

Winning a grant takes more than an idea and a funding source. It takes an organization that is well managed, that understands its purpose, and one that utilizes its staff and board efficiently. A successful grant program requires the organization to identify its long and short term goals, the priorities of the proposed project, and the strengths and limitations of its staff and their procedures. A short list of important topics and questions that the organization should address are described below.

Long Term Goals.

-What are the long-term goals of your organization?

-Write down a realistic set of long-term goals.

-How do these goals relate to those outlined in the Articles of Incorporation?

-Do the Articles of Incorporation goals include Permanency Planning, the Prevention of Abuse Through Early Detection and Monitoring, Community Education, Training and Recruitment of Volunteers?

-Can you think of any other goals which should be included in the Articles of Incorporation? Should the Articles of Incorporation be amended?

Short-Term Objectives: The implementation of the long-term goals.

-What procedures, programs, staff, and funds are required to implement the long-term goals.

-Establish your short-term priorities? List the three most important things you would like to accomplish within three months, six months, and one year.

Defining the Direction of Your Organization: Who Are You, and Where Do You Want to Go, and How Do You Get There?

-What population do you serve?

-How do you serve this population?

-Who are the other organizations that you interact with, and how do they impact on your ability to meet your goals?

The Executive Director

-Describe the skills and weakness of the executive director. Is he/she best suited as a fund raiser, supervisor of volunteers, accountant, or supervisor of training?

-What if the executive director lacks the skills to be a fund raiser or grant writer?

-Can the executive director delegate authority or does he/she attempt to control all activities of the organization?

The CASA Staff

-Critically evaluate each staff person's strengths and weaknesses.

-Does the staff have the ability to serve the population, train and supervise volunteers, develop a fund raising program, and meet the short and long term goals of the organization? -What should the executive director and the staff do to resolve any staffing deficiencies?

-Will additional staff improve the efficiency of the organization?

-Describe the group dynamics of the staff. Is there a dysfunctional individual which prevents the group from functioning well? If so, how can the talents of this individual best be used to improve the daily operations of CASA? The Board of Directors.

-Describe the role of the individual members that comprise the board. What role should the board have? Active or passive?

-Do the board members donate money to CASA; make contacts, and/or help in fund raising?

-Are board members involved in strategic planning?

-Is there a fund raising committee?

-Is there an individual or grant writing committee that could develop a list of potential organizations that might support CASA, write grant proposals, etc.?

-Is there a committee to plan a large fund raiser?

-Is there an individual or committee that organizes, writes, and prints a quarterly newsletter highlighting the activities of CASA?

Top

THE SHORT GRANT PROPOSAL

The short grant proposal can be used by itself to solicit individual, corporate, church, or foundation funding. It can also be used as an introduction to a larger, more detailed non-public grant proposal. However, this type of grant proposal should not be sent to a Federal or governmental agency since they normally have their own grant proposal forms.

The information in the short proposal should be broken into short paragraphs, so the reader can easily pick out key ideas and statistics. This will also allow the reader to easily refer back to important parts of the proposal.

The short proposal should be modified to address the particular needs and goals of the funding organization. A standard form may be easy, but it lacks the punch of a letter directed to the specific requirements of the funding organization.

A general outline of the topics to be included in the short proposal are presented below.

-Immediately identify the funding organization, your city, the amount requested, the funding period, and name of your organization.

-Define what permanency planning, your CASA program does, and how the funds will enhance the delivery of this service . -Cite national statistics to indicate the severity of child abuse and neglect problem.

-Present city-specific statistics to illustrate the scope of the problem on a local level.

-The statistics should be oriented to the type of program (i.e., the "funding needs") the funding organization has historically supported. For example: If the funding group supports mental health projects, the statistics should emphasize the relationship of child abuse and dysfunctional social behavior.

-Present a short history of CASA: the birth, growth, and development of the CASA program.

-State the number of volunteers you have now, how this volunteer group has grown over the past years, and your goal for expanding the number of volunteers.

-State the number of clients (i.e., the number of parents and children) that your organization has represented during the last fiscal year.

-Describe how the volunteer is trained and the responsibilities of the volunteer in relationship to your goals of permanency planning.

-Summarize the dollar amount of your annual budget and the amount of the grant request in relationship to this budget.

-Include a short list of individuals, corporations, churches, foundations, or government agencies which have recently funded your program. Include dollar amounts.

-Attach to the cover letter, the IRS Tax Exempt 501C3 Status Letter, and any promotional materials or publicity concerning your program.

-Thank the reader for considering your grant proposal.

Top 

WRITING THE GRANT PROPOSAL

Preliminary Steps

When talking to the funding source "contact person", ask the following questions to determine the practices of the funding group:

-What type of programs and projects does the funding organization normally support?

-What are the eligibility requirement for the grant-in-aid and is CASA eligible?

-Does the organization require a preliminary proposal? If so, what are the requirements for preliminary proposals? -What are the smallest and largest grants awarded by the funding organization?

-What is the evaluation process and criteria by which the grant proposals are reviewed?

-In the evaluation process, what weight (i.e., the number of points) is given to each section of the grant narrative? [The point value assigned to each section serves as a guide to the length of that section. For example, a section worth ten points should be about twice as long as one worth five points.]

-What are the guidelines for the grant proposal?

If your project meets the criteria of the funding body (i.e., if your project complements the organization's funding goals and needs), ask yourself the following questions:

-Can you meet the deadlines?

-Does your budget fit the range of previous grants?

Make an appointment with the "contact person" to personally discuss your project and get some informal suggestions from this representative. The "contact person" is often eager to help mold an effective program that will meet the funding goals of their organization.

Almost all public granting bodies and some private ones ask for a short preliminary proposal due a month or so prior to deadline date of the final proposal. The preliminary proposal, which rarely exceeds one page, describes the concept of the your project. The purpose of the preliminary proposal is to determine if your project qualifies for consideration. If the proposal interests the funding body, they will ask for a complete proposal and may suggest ways to strengthen your project.

Top 

WRITING THE GRANT PROPOSAL

Proposal Content

Title.

-The title should reflect the essence of the project, and how the project relates to the "needs" of the funding organization.

-Choose your title carefully. It will appear at the beginning of your proposal and in all reports and publicity from the granting body.

-The title should be short, direct, and catchy.

Summary.

-Always begin your proposal with a summary of your project.

-The summary
should be less than a page;
should explain who you are;
should define the need and the scope of the project;
should include the estimated cost of the project;
should be written last so as to accurately reflect the proposal.

-The summary is important because some grants go through a multilevel system of evaluation. On the first round, evaluators often consider only a project summary.

Introduction: Explain how CASA and the proposed project meet the "needs" of the funding organization.

-Define permanency planning.

-Describe CASA and what the CASA staff and volunteers do to implement permanency planning.

-Provide statistics about child abuse and neglect in the United States and your state to illustrate the magnitude of the problem. Statistics concerning your city are presented in the Needs Assessment section.

-What "population" does CASA serve? How does the CASA program and proposed project serve this population?

-"Cost Per Client" is the annual cost to provide service to your clients. The CASA cost per client should be compared to the average cost of foster care. These figures illustrate the cost-benefit efficiency of your program as compared to foster care. The cost per client estimates are derived in the budget section of the grant. Refer the grant reader to the budget section.

-Establish the viability of your CASA program. Mention successful grant projects, financial statements, testimonials, honors, commitment and support letters. Include these documents in the List of Attachments and refer the grant reader to the Appendix.

Top

Needs Assessment: Documenting the Need for the Grant Project.

-If you cannot establish need, the grant will not get funded!

-Describe why permanency planning is needed in your city.

-Prove to the grant reader that CASA is uniquely qualified to provide permanency planning.

-Provide statistics about child abuse and neglect in your city to illustrate the magnitude of the problem.

-Documenting need requires specific statements, precise facts, and statistics, not abstract concepts of universal need.

-Use statistics wisely; do not overkill. Statistics should not be included in the grant proposal unless they describe the scope of child abuse in your city and how the proposed CASA project will provide and improve permanency planning.

Goals: The expected results of the project.

-The goals section describes how the project will solve the need and presents the expected results of the project.

-From the granting organization's point of view, the results of the project are what counts.

-Define and list the results you expect from the project.

Top

Level of Effort

-This section presents a short history of CASA: the birth, growth, and development of your program.

-List the goals of CASA as stated in the Articles of Incorporation and describe what CASA has done to achieve these goals. Be concrete!

-Permanency Planning and Monitoring:

-State the number of volunteers actively involved in your program. How has this group grown over the past years. For example: During the 1984-1985 period, the number of volunteers has increased from twenty-five to seventy-five. Or, the number of volunteers has increased three fold between 1984 and 1985.

-State the number of volunteer hours that have been donated during the last year.

-State the number of clients (children and parents) that CASA has served during the last year and discuss the growth of this client group.

-Community Education:

-State the number of speeches and appearances in the community that you have made during the last year. Include a list of these groups in the List of Attachments.

-Estimate the number of people your community education program has reached during the past year.

-Training and Recruiting:

-Describe how CASA volunteers are recruited, selected, and trained?

-Describe the various facets and length of the training program.

-Are professionals outside of your organization involved in the training program? Describe their role in the training program and their qualifications.

-How has your training program grown and improved?

Top

Methods: How you intend to implement the goals of the project.

-Provide a detailed list of what the CASA staff and the CASA volunteers will do to implement permanency planning and accomplish the other stated goals of CASA. Be concrete!

-Describe the Juvenile Court system, the 24-hour Emergency Hearing, the Show Case Hearing, and any other technical facts that the grant reader would need to know to understand CASA and the proposed project.

-Include a glossary of technical and legal terms in the Appendix. A glossary allows the grant reader to easily reference a phrase without having to find the original definition in the grant narrative.

-Include a project organization chart, showing the lines of authority for the project in the List of Attachments.

-Explain how all personnel to be hired for the proposed project will be selected.

-Provide a detailed job description for each major position in the proposed project.

-Explain how CASA volunteers will be recruited and trained. This information may be put in the Appendix to shorten the grant narrative.

-Include a one-paragraph description of the key personnel. This list should include the following:

Qualifications and professional degrees Talents Training Professional experience

-In the List of Attachments, provide a detailed resume for each important member of the CASA staff. If the resumes are not required by the granting agency, make them available upon request.

-Describe the office space, equipment, and staff necessary to support the proposed project.

-Read the grant guidelines carefully! Do not include any of the above "methods" information unless it is specified by the grant guidelines. If there are no grant guidelines, talk to the "contact person" to determine the practices and requirements of the funding organization.

-Include the Training Program Evaluation Sheets in the List of Attachments.

Top

Budget.

-The body of the grant and the proposed budget are interactive documents. The budget should substantiate and complement the grant narrative. The figures derived in the budget should be incorporated into the narrative to "tell the story" of the proposed project.

-The proposed budget should include all expected cash costs and all "in-kind" donations (i.e., contributions other than money: hypothetical rent, for example).

-The proposed budget should break down the project costs into the following categories:

Staff Salaries and Benefits, Program-Specific Costs, Overhead Costs, and Miscellaneous Costs.

-All expense categories should be defined and each line item justified.

-Describe how all estimated expenses were derived.

-The budget should begin with a summary of the project cost categories and the percentage of each relative to the total project budget.

-The project cost categories should include all cash and 'in-kind" contributions.

-The form of the detailed project budget is as follows:
Staff Salaries and Benefits 
$1,000 
33.3%

Program-Specific Costs 
$1,000 
33.3%

Overhead Costs 
$ 500 
16.7%

Miscellaneous Costs 
$ 500 
16.7%

Total Budget 
$3,000 
100.0%

Less "In-Kind" Contributions 
<$ 500> 

Projected Cash Cost 
$2,500 


-The math for all estimated expense items and the table totals should always be double checked!

-"Cost Per Client", the annual cost to provide service to CASA clients, is derived by dividing the total budget by the number of clients that the project will serve over the life of the grant. The CASA cost per client should be compared to the average cost of foster care. These figure should be included in the introduction section of the grant to illustrate the cost-benefit efficiency of your program.

-The budget should specify the number of professional and clerical employees, the annual salaries for each category, the total cost of the entire staff, and the percent that each staff category to the annual salary cost.

-Overhead Cost should include all costs such as rent, office supplies, etc.

-Do not skimp on the budget. Include any cost your organization will have to bear: new equipment, consulting fees for outside experts, health and liability insurance, and travel.

Appraisal.

-An appraisal section is normally required in federal grants. Foundation and corporate grant guidelines are not usually as strict.

-Describe the appraisal procedures that your organization will use to evaluate and review the progress of the project; and how you plan to evaluate the success of the project.

-"Ongoing" appraisals. Ongoing appraisals serve to keep the project on target and help the organization recognize and correct any flaws in the program. Such appraisals are made during the life of the project either by the organization's key personnel or board or by outside evaluators.

-"End" appraisals. A comprehensive review of the project and a set of reports may be required by the funding organization when the project is over. The end appraisal can be conducted either by the project personnel or by external evaluators.

-Specify progress and final report dates, if required.

-Without effective appraisal procedures no grant will receive federal funding!

Top

LIST OF ATTACHMENTS

The following documents should be included at the end of the grant in a section called the Appendix. The documents in the List of Attachments should match the guidelines of the grant. Be careful not to include extraneous material. Never deviate from the grant guidelines!

-Table of Contents, which lists all the attachments and their page numbers, should be included near the beginning of the grant.

-Include resumes of key personnel involved in the overall program and the proposed project, if required. Make them available to the funding organization upon request.

-Provide a copy of the IRS Tax Exempt 501C3 Status Letter.

-Include a Project Budget. Explain how the estimated expense items were derived. Provide a detailed break down of exactly how money will be spent. Include an annual Operating Budget, a Balance Sheet, and Income Statement for the current fiscal year.

-JUDGES COMMITMENT LETTERS. These letters specify the commitment of the Juvenile Justices to working with and to use CASA on an on-going basis. The letter should specify that the CASA program is an integral part of their efforts to help children. These letters are mandatory for most grants!

-SOCIAL SERVICE ORGANIZATION COMMITMENT LETTERS. These letters describe the commitment of the local Protective Service to work with the CASA. These letters are mandatory for most grants!

-Provide three or four support letters which are written by community leaders and board members to describe their commitment to CASA and the importance of the CASA program to the community.

-Include an Audit, if available. An audit makes CASA look more professional. Many granting agencies will accept the organization's latest tax return as an audit substitute. Get permission from granting agency to make this substitution.

-Enclose promotional materials such as newspaper articles and publicity which illustrate the success and community recognition of your program. Copy and reduce all promotional materials to letter or legal sized paper.

-Provide a list of the organization's Executive and Advisory Boards. Include the titles and responsibilities of the key board members. In your files, have a brief biographical sketch of each board member to illustrate the quality of your board. Make the biographical sketches available to the funding organization upon request.

-Include a Glossary of Legal and CASA Related Terms.

-Enclose an organizational flow chart of the court system and how the CASA program and proposed project fit into the court system structure.

-Provide an organization chart of your organization, showing the lines of authority.

-Include a list of the groups that you have spoken to during the last year, and. estimate the number of people your community education program has reached during the last year.

-Include the Articles of Incorporation, if requested.

-Include the Training Program Evaluation Sheets.

-Provide a list of donors and the amounts given by each for the past three years.

Top

DO'S AND DON’TS OF GRANT WRITING

THE CARDINAL RULE OF GRANT WRITING: NEVER DEVIATE FROM THE GRANT GUIDELINES.

-The grant narrative should be limited to the exact topics required by the grant guidelines.

-The inability to follow guidelines is the major reason why grant proposals are rejected.

According to the contact person" at St. Luke's Methodist Church in Houston Texas, only 20 percent of the total grant proposals received in any funding period actually follow the guidelines.

-Public and private funding organizations normally set up their guidelines as a preliminary screening devise.

-Be careful of overkill. If the granting agency stipulates a one or two page grant proposal, follow their request by describing your organization and project in a brief but clear manner.

-By following the guidelines to the letter of the law, your will insure that your grant proposal will pass the first hurdle and be in favorable position for funding.

Submit grant proposals only to the those organizations that have historically supported social service projects, mental health, and child related programs (such as juvenile delinquency prevention and criminal justice programs).

-Research into the "needs" of the funding organization is ESSENTIAL to the successful funding of any grant proposal.

-Develop a list of funding groups in your city and in your state that support child abuse and neglect projects.

-Develop a list of national organizations that fund child abuse and neglect projects.

Do not assume you know what the guidelines mean if they are unclear.

-Always contact funding organization if you do not understand the guidelines.

-Read the instructions carefully because every set of grant guidelines is different.

-Regardless of location, telephone the "contact" person and attempt to clarify the guidelines.

-If there are no guidelines, conversations with the "contact" person will help you determine what the agency or foundation is looking for and what it wants to support.

-If the granting body has no formal guidelines, use a format which you have used previously and makes your proposal attractive.

-Tailor your grant proposal to the individual granting body. Never use a proposal that was written for another organization.

Personal contact with the funding organization is often as important as the actual grant.

-Personal contact serves to introduce CASA to the "contact" person within the organization. In addition, this introduction informs the "contact" person that you intend to apply.

-If the organization is local, make an appointment to see the agencies "contact" person.

Bring a copy of the rough draft for an informal review.

Mailing the grant proposal and the "follow up."

-Always telephone the "contact person" in the funding body to inform him/her that the grant application has been mailed.

-Always send the grant proposal by certified mail, return receipt requested.

-After receiving the certified mail receipt, telephone the "contact person to make sure that agency has all the necessary information or if they need more. If the foundation asks for something, get it to them immediately.

-As grant review time approaches, write a letter or personally telephone the "contact" person to bring him/her up to date on the progress of your organization.

-If refused a grant request, write the "contact person" a note thanking him/her for considering you. Ask the "contact person" for the deadline of the next funding period.

-If refused a grant request, telephone the "contact person" six months later. Provide him/her with a brief update on the progress of your program.

Determine when to turn in a grant proposal.

-Categorize the grants according to deadline dates and schedule the grants according to deadline dates, size of the grant, likelihood of funding, etc.

-Some corporations fund on a first come first serve basis. Give these proposals priority.

-In most cases, never turn in an application before 1-month prior to deadline. Things change, the "contact person" may quit, and your grant application may be lost.

Always define and describe technical terms. Never expect the grant reviewer to be familiar with the judicial system.

The CASA authorizing official who signs the grant must always be familiar with the contents of the grant proposal.

-The authorizing official is a legally liable person.

-If questions concerning the grant arise, the staff of the funding organization may contact the authorized official who signed the proposal. If this official is unaware of the contents of the grant, CASA comes off looking incompetent.

In the proposed budgets, always double check figures to eliminate math errors.

Never turn a grant proposal in late or incomplete!

-If the grant is incomplete, or if you lack pertinent information, don't turn it in.

-A bad grant application may create a negative reputation which you may have difficulty overcoming in the future.

Always keep your board current as what grants are pending. You never know when a board member may have a contact with the foundation to whom you are applying.

Always inform the local judges that you are using their commitment letters for fund raising because a foundation may contact the judge about your program.

Be prepared to write the commitment letters for the judges and the social service organization.

Always type grant applications. Never turn in hand written applications.

The corporate funding range is between $1,000 and $5,000. Your first request to a corporation should never be more than $2500. Build us to the higher amount in subsequent years.

A grant might include a 3 year plan. Such a plan might specify the desire to hire a Development Director or outline the number of volunteers and the number of supervisors your organization expects to add during the coming years.

Source : http://www.casanet.org

Tuesday, April 28, 2009

Gallery Visual I

Dari Diskusi Film Kantata Taqwa | Bandung 2008

De Maulana Anggakarti

Sebuah film musical arahan Yacob Prakosa yang bernafaskan memperjuangkan suatu sikap dan pandangan dari kelompok masyarakat kepada sistem pemerintahan, film gaya lama yang masih punya semangat ditengah situasi banjirnya cerita-cerita remaja yang banyak diminati. Kantata Taqwa lebih pas sebagai sebuah Film Diary dengan cara dan teknik memperlihatkan kepiawaian cara editing setting dari berbagai stock shoot yang telah lama tersimpan yang dikemas dengan cara-cara gaya-gaya se jamannya. 

Boleh jadi semacan independen individualistis yang mengusung sifat heroik sebagai anak bangsa yang mana berperan pada jamannnya. Jika film musikal tersebut disentuh dengan gaya dan penyetingan dengan cara-cara kekinian barangkali ceritanya akan lain. Tetapi ya itulah mereka sebagai bentuk aktualisasi kreator dalam bidang seni film yang cenderung punya cara pandang dan pikiran yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Bagaimanapun juga itulah salah satu karya anak bangsa yang sangat baik telah mampu mewujudkannya, bukan sekumpulan dokumentasi atau hasil temuan yang banyak tersimpan dibalik meja.

Salam buat komunitas film indonesia

Monday, April 27, 2009

Grid dan Tata Letak

Handout

Grid


Grid, garida, pola, atau kisi-kisi adalah susunan kerangka yang dibangun atas garis dengan posisi vertikal dan horizontal, grid dipergunakan sebagai alat bantu untuk menyusun atau mengatur objek dalam kontek perencanaan dalam ruang gambar dua dimensi.

Grid dalam desain grafis dipergunakan sebagai alat bantu untuk menyusun, mengatur komposisi objek visual, dalam istilah lain dipergunakan untuk membantu pengaturan tata letak, objek tersebut terdiri dari elemen grafis, yakni; huruf dan image. Biasanya susunan huruf terdiri dari penempatan judul (headline), naskah (bodytext), atau susunan lainnya yang menggunakan unsur huruf. Sedangkan penggunaan image terdiri dari ; gambar-gambar dalam bentuk foto, ilustrasi, clipart dan seterusnya.

Fungsi grid, selain alat pengaturan komposisi dalam ruang dua dimensi, grid dapat menciptakan sifat-sifat yang berkaitan dengan penampilan (performance) dalam bentuk desain, atau bisa menciptakan kesan (impression) tertentu; seperti sifat formal, mahal, murah dan seterusnya.

Sedangkan penggunaan grid pada cabang ilmu lain hampir serupa fungsinya hanya istilahnya yang berbeda, seperti pada ilmu geologi istilah grid disebut grafik sesmograf (seismography) yaitu diagram dalam bentuk grafik untuk mengukur getaran gempa yang terekam. Pada ilmu ekonomi grid dipakai sebagai informasi data yang menunjukan jumlah angka tentang pertumbuhan sesuatu permasalahan yang berkaitan dengan aspek ekonomi, misalnya; neraca grafik pertumbuhan atau diagram yang menunjukan tentang indek.

Dalam grid posisi garis horizontal disebut juga sumbu X, posisi vertikal disebut dengan Y, sedangkan dalam ruang kedalaman terdapat sumbu Z, hal tersebut banyak dijumpai pada susunan gambar 3D, tiga dimensi atau gambar perspektif.

Mengapa Perlu Grid

Mengatur ikatan visual saling ketergantungan, adanya kelompok dari setiap elemen visual yang membentuk satu kesatuan; cara mengelompokkan, simbolisasi, atau skematisasi; aturan penyusunan.
Banyak cara untuk mendekati masalah desain, banyak metode yang terbaik. Namun setidaknya perancang grafis dapat mempertimbangkan grid dalam bekerja dan akrab dengan pengetahuan tentang cara kerjanya. Grid tidak dapat memecahkan semua masalah visual tapi sering mengarahkan pada pendekatan rasional, susunan objektif.
Data dari gestalt mengungkapkan bahwa manusia cenderung memilih informasi visual dan verbal dengan cara-cara yang teratur, susunan visual yang terorganisasi.
Sistem grid memungkinkan desainer dapat memuaskan sasaran dengan cara keseimbangan (equilibrium), kemiripan/kesamaan (similarity) dan kesinambungan (continuation). Grid membantu para desainer terhindar dari kehancuran (ambiquity).
Sistem grid berharga untuk membangun “kemiripan keluarga” kedalam suatu seri visual. Perusahaan yang mengeluarkan ratusan bahkan ribuan produk yang berlainan harus memiliki metode unifikasi dari catalog dan mempromosikannya lewat brosur, kertas sales, dan iklan. IBM dan Westinghouse, dengan arahan Paul Rond, telah lama menggunakan system grid untuk menampilkan keteraturan dalam ribuan barang cetak yang dibuat setiap tahun. Desainer Swiss dan Jerman dengan akar DeStijl/Bauhaus adalah eksponen desain grid. Orang jepang dengan system bangunan modular tikar tatami, telah lama peka terhadap grid. Kebanyakan surat kabar di seluruh dunia menggunakan system grid untuk mempercepat tata letak dan memberikan penampilan yang konsisten.

[ dari berbagai sumber, diperbaharui dan bersambung ]

---------------------------------

Designing With Grid-Based Approach


Published on April 14th, 2007 in Developer's Toolbox.
Tags: | CSS, Design, Development, Grid, Showcase, Techniques | 90 comments.

The main idea behind grid-based designs is a solid visual and structural balance of web-sites you can create with them. Sophisticated layout structures offer more flexibility and enhance the visual experience of visitors. In fact, users can easier follow the consistency of the page, while developers can update the layout in a well thought-out, consistent way. However, it’s quite hard to find your way through all the theory behind grid systems: it isn’t easy at all. Some important notions and related key-facts can help to learn basics and keep essential techniques in mind.

And this is what this article is all about. Inspired by Khoi Vinn’s and Mark Boulton’s presentation Grids are Good, we’ve decided to take a deep look in the articles about grid-based designs. We’ve read through over 50 articles and selected some of the most important and interesting facts web-developers should know about the grid-based approach. Besides, we’ve listed the most useful references, tutorials and tools we found - with precise descriptions of what the articles are about.

Examples of Grid-based design

But first few examples of grid-based designs to make clear what the article is about.

Things You Probably Don’t Know About Grid-based Design
“The grid is the most vivid manifestation of the will to order in graphic design. […] Units are the basic buildung block of a grid. They’re all uniform. Columns are the grouping of units that create the visual structure of the page. They are not necessary uniform.”
[ Grids are good ]

“A grid is a consistent system for placing objects. It works on two levels: At the unit level of cells (e.g. 20×20 pixels) and at the column level (e.g. 4 columns).”
[ Grid-based Layout ].

“A balanced and consistently implemented design scheme will increase readers’ confidence in your site. […] Your first step is to establish a basic layout grid. With this graphic “backbone” you can determine how the major blocks of type and illustrations will regularly occur in your pages. [..] To start, gather representative examples of your text, along with some graphics, scans, or other illustrative material, and experiment with various arrangements of the elements on the page. […] Your goal is to establish a consistent, logical screen layout, one that allows you to “plug in” text and graphics without having to stop and rethink your basic design approach on each new page.”
[ Web Style Guide ]

“One of the larger problems in working with grids in web pages is that you often can’t do much about vertical proportions. Often your content is dynamic, so the best you can do is approximate. […] So the focus is usually on the horizontal layout, which usually means columns.”
[ Dave Shea ]

“On the Web, vertical rhythm – the spacing and arrangement of text as the reader descends the page – is contributed to by three factors: font size, line height and margin or padding. [..] The basic unit of vertical space is line height.”
[ Richard Rutter ]

“In order that typographic integrity is maintained when text is resized by the user we must use ems for all our vertical measurements, including line-height, padding and margins.”
[ Richard Rutter ]

“Designing Grid Systems in Graphic Design, 1. figure out the page size, 2. divide it into a grid, 3. start designing”.
[ Josef Muller-Brockmann’s “Grid Systems in Graphic Design” ]

“Use the canonical grid to adjust the sizes and positions of elements across rows. Short elements are extended to begin and end on grid boundaries, while long elements are allowed to span multiple grid units or are shortened to fit within the standard unit. In this way, the grid is merely being used to help establish consistent alignment relationships. […] For dynamic layouts, identifying the minimum size that can be accomodated by the layout is usually a better solution than trying to recompute the layout for arbitrarily small display sizes.”
[ Module and Program ]
“One of the most effective principles in grid design is called the Rule of Thirds, also known as the golden grid rule. The Rule of Thirds is a technique which is applied by dividing a space into thirds, both vertically and horizontally, creating a grid of rectangles.”
[ Mark Boulton ]

“The Golden Section, Golden Ratio, and the grandiose Divine Proportion are all names for the same thing; a ratio of 1.618. Nodding off? Not yet? Good! Bear with me. Here?s the maths: the Golden Ratio is the ratio between two segments so that the ratio between point ac/bc is 1.618.”
[ Mark Boulton ]. You can also use Phiculator for your grids.

“The Golden Section is a ratio which is evident throughout the universe as the number Phi. You can use this ratio to good effect in design by making sure that elements of your grid conform to this ratio. Using the Golden Section can ensure a natural sense of correct composition, even though it is based in mathematics it will ‘feel’ right.”
[ Mark Boulton ]

“Grid Structures: Once you have answered most of the questions regarding the content, format and typography, you should begin sketching out grid structures based on the appropriate page sizes and formats. You should first begin by defining the Type Area. The Type Area is the area where your grid will be contained. It is surrounded on all sides by margins and in some cases running heads and page footers, numbers, marginalia, etc.”
[ Typographic Grids ]

“The main principle of the baseline grid is that the bottom of every line of text (the baseline) falls on a vertical grid set in even increments all the way down the page.”
[ Wilson Miner ]

“You can use relative sizes, but it quickly becomes a lot more difficult to maintain as the math becomes more complicated. It’s easy to get 12 out of 18 (just set the line-height to 1.5em), but when you want to adjust the text size but keep the same line-height, the fractions start to get messy”.
[ Wilson Miner ]

“Table layouts are great for grid designs. The markup itself reproduces a specific grid, and the tendency is for us to just fill up the boxes with the images, type, and interface elements that make up our design.”
[ Molly Holzschlag ]

“Ratios are at the core of any well designed grid system. [..] By using the size of the paper as a guide we can divide using that ratio to begin creating the grid. You can see this through diagrams 1 - 6 that we begin by simply layering division upon division to slowly build up the grid.”
[ Mark Boulton ]

“Well designed grid systems can make your designs not only more beautiful and legible, but more usable.”
[ Mark Boulton ]
“Gutters are the gaps in between columns. They are there so text, or image, from different columns don’t run into each other. In grid system design sometimes, depending on what theory you read, gutters are seperate to the columns.”
[ Mark Boulton ]

“The thing about designing to grids is that in order for the grid to work you must consistently align items on the grid lines.”
[ Mark Boulton ]

“One of the most useful ‘tools’ for creating pixel-perfect grid systems for the web is Khoi’s superb idea of using a grid as a background-image element on the body tag. To summarise: Using the grid I designed in photoshop, I save it out as a gif and then apply that to the background of the body tag. This provides me, throughout the build of the site, the grid so I can align all the content elements accordingly.”
[ Mark Boulton ]

“In your page layout, you’ve probably set margins. These margins often show up as light solid or dashed lines on the screen. These top, bottom, left, and right margins create a box in the middle of your page. Stop there and you have a single unit grid. Further divide the page into uniform parts and you’ve created a multiple unit grid.”
[ Jacci Howard Bear ]

“Grid units are the primary locations on your page where you will place text and images. They determine placement not necessarily size. That is, if you have a graphic image that is larger than your grid unit, it doesn’t mean you can’t use it. ”
[ Jacci Howard Bear ]

“1, 2, and 3 column grids are common. Each can accommodate lots of text, especially long articles. [..] 4 or more columns offer greater flexibility for publications with text, photos, and other graphic elements and a mix of long and short articles. [..] Grids based on an even number of grid columns can suffer from too much symmetry if text and graphics are confined to individual or double grid columns throughout.”
[ Grids - Flexible Options ]

“A grid is made up of vertical and horizontal lines and is the foundation of nearly every type of visual media. The structure is there to shape the content into proportions that are pleasing to the eye.”
[ Anne Van Wagener ]

“To add flexibility you can break the grid down into 10 or 12 columns. Half-columns are a good place to anchor mug-shots, refers, and other info.”
[ Anne Van Wagener ]

“You can have more than one grid. Your front page could be based on a five column grid while inside pages with ads on a six column. There is no one right way.”
[ Anne Van Wagener ]

“The grid is the mannequin and the comp is the pattern. [..] Using the grid-based design comps provided me with units of measurement that I could easily turn into divs for the style sheet. I figure out the areas of content in the same way I would work with a wireframe to block out content and graphics. I come up with a naming scheme for these blocks and turn them into CSS elements. Next, I measure out the blocks of content or graphics in the designer’s comp and record measurements for my style sheet.”
[ Michael Angeles ]

“You can use the grid like a wireframe (page schematic) by selecting areas of content and blocking them out, labeling them as you go.”
[ Michael Angeles ]

“Basic Outline for Grid-based Design: Content, Audience, Illustrations / Photography / Icons, Format, Typography.”
[ Feeling your way around grids ]








Bunga Rampai Tipografi

Tutorial Tipografi

Tulisan dari artikel lepas ini belum disunting, belum diketahui sumbernya, jika akan dipergunakan silahkan copy dan dan perbaiki kembali./ Kalau anda punya data lainnya kita berbagi, kirim ke e-mail:demaul.anggakarti@gmail.com  -

Trims 

Mengenal Huruf / Tipe
Tipografi adalah disiplin ilmu yang dipandang tidak cool tapi misterius, yang selalu di belakang layar dan cenderung low profile. Bandingkan dengan usability misalnya—yang akhir-akhir ini naik daun. Siapa sih yang tidak kenal Jakob Nielsen? Atau bandingkan dengan tokoh new media Web dan Flash macam Jeffrey Zeldman dan Hillman Curtis. Rata-rata dari kita kenal atau minimal pernah dengar namanya. Tapi kalau disuruh menyebutkan siapa tokoh tipografi favorit, atau siapa yang menciptakan tipe Futura atau Georgia, maka kebanyakan dari kita menggeleng. Tokoh suatu bidang seringkali mencerminkan seberapa popular bidang tersebut. Kalau tokoh-tokoh tipografi jarang kita ketahui, maka barangkali begitu pulalah dengan bidang ilmu tipografi. Padahal tipografi amatlah penting bagi semua desainer, termasuk desainer Web.

Dalam seri tutorial apresiasi tipografi ini, fokus kita adalah pada tipe. Kita akan mengenal apa itu tipe. Kita juga akan menyinggung teknologi font dan tipografi di komputer. Lalu melihat profil beberapa perusahaan penerbit font—yang biasa disebut digital type foundry—yang ternama seperti Adobe dan ITC. Kita pun akan mengenal beberapa tipe popular seperti Garamond dan Bodoni. Dan terakhir kita akan membahas desain logo yang mengutamakan permainan huruf dan tipe. Meski demikian, tak ketinggalan akan disinggung pula aspek-aspek dasar tipografi yang baik.

Karena sifat tutorial ini pemula, maka bisa diikuti baik oleh desainer Web—yang rata-rata, sayangnya, memang kurang mengenal tipografi dibandingkan desainer cetak—maupun oleh umum. Alangkah baiknya jika setiap orang memahami dasar-dasar tipografi. Apalagi karena sekarang setiap hari mau tidak mau kita berurusan dengan huruf dan tipe di komputer. Mulai dari memilih font saat akan membuat surat, kartu undangan, halaman web, kartu nama, dan lain-lain.

Tujuan akhir tutorial ini adalah membangkitkan kesadaran akan tipe sehingga pembaca menyadari peran tipografi dalam desain grafis, mengenal font-font, dan dapat memilih dan memadu font sesuai karakteristik masing-masing font. Tutorial ini tidak akan membahas hingga ke pemakaian software Fontographer atau teknik perancangan tipe lainnya, melainkan hanya dari sisi apresiasi.

Huruf Di Mana-Mana
Huruf dan tulisan memiliki arti amat penting bagi manusia. Bahkan, yang namanya peradaban atau masa sejarah ditandai dengan peristiwa dikenalnya tulisan oleh manusia. Zaman sebelum ada tulisan sering disebut zaman prasejarah. Kalau Anda melihat ke buku atau ke layar komputer, Anda akan melihat huruf dan tulisan. Di jalanan pun Anda akan melihat tulisan. Di pakaian, di badan mobil dan pesawat terbang, bahkan di gua-gua purbakala Anda bisa menjumpai tulisan. Selain gambar, huruf adalah cara manusia berkomunikasi secara visual.

Tipe/Typeface dan Font
Satu hal pertama yang Anda bisa perhatikan dari tulisan-tulisan yang berbeda itu adalah, bahwa bukan huruf-hurufnya saja yang berbeda, melainkan jenis hurufnya juga. Huruf “A” atau “a” di sebuah tulisan bisa berbeda dari huruf “A” dan “a” yang lain. Anda tahu bahwa keduanya abjad alfabet yang sama, tapi Anda juga mengamati bahwa jenis hurufnya berbeda. Bisa jadi yang satu lebih tebal atau gemuk dari yang lain, bisa jadi kaki-kaki hurufnya ada yang memiliki tangkai, atau lebih pendek atau lebih panjang, dan sebagainya. Sebuah jenis huruf yang sama kadang diberi nama tertentu (misalnya: Times New Roman). Jenis huruf ini disebut typeface, atau singkatnya tipe. Sekarang orang juga sering menyebut jenis huruf dengan font, karena file yang berisi informasi sebuah typeface di komputer diberi istilah font (misalnya, di Windows, informasi untuk menggambar tipe Arial disimpan dalam file ARIAL.TTF). Di dalam dunia tipografi tradisional (nondigital), yaitu saat huruf dicetak menggunakan balok-balok logam, font memiliki arti lain kumpulan balok-balok huruf logam yang memiliki satu typeface dan satu ukuran tertentu. Belakangan barulah orang-orang komputer memakai kembali istilah font untuk bidang tipografi digital. Kedua istilah typeface/tipe dan font dalam artikel ini akan dipakai bergantian.

Klasifikasi Tipe
Ada banyak sekali jenis huruf yang bisa kita amati. Mungkin di komputer Anda sendiri ada terinstal ratusan hingga ribuan file font. Sebagian font bentuknya unik dan aneh sehingga mudah kita kenali, sementara yang lain tampak sekilas mirip-mirip semua. Setiap saat pun diciptakan font-font baru. Produser film-film Hollywood misalnya, sering mengeluarkan dana untuk mendesain font baru yang unik untuk filmnya.

Berdasarkan bentuknya, para pakar tipografi umumnya membagi jenis huruf ke dalam dua kelompok besar: serif dan sans serif. Lalu ada kelompok ketiga dan keempat yang disebut script dan dekoratif. Jenis serif dan sans serif pun berbeda-beda, tapi mari sebelumnya mengetahui perbedaan serif dan sans serif.

Serif dan Sans Serif
Serif adalah kelompok jenis huruf yang memiliki “tangkai” (stem). Lihatlah font Times New Roman, Bodoni, Garamond, atau Egyptian misalnya. Persis mendekati ujung kaki-kaki hurufnya, baik di bagian atas maupun bawah, terdapat pelebaran yang menyerupai penopang atau tangkai. Menurut sejarah, asal-usul bentuk huruf ini adalah mengikuti bentuk pilar-pilar bangunan di Yunani Kuno. Seperti kita ketahui, bagian atas dan bawah tiang pilar memang lebih besar agar bisa membuat pilar lebih kokoh.

Sementara sans serif (atau “tanpa” serif) adalah jenis huruf yang sebaliknya: tidak memiliki tangkai. Ujung-ujung kakinya polos begitu saja. Contohnya Arial atau Helvetica (Catatan: meski amat mirip dan sering saling mensubstitusi satu sama lain, kedua font ini tidaklah mirip persis. Cobalah sekali-kali Anda cetak contoh huruf dalam ukuran besar dan amati perbedaan-perbedaan tipis kedua font ini.) Contoh lain jenis huruf sans adalah ITC Officina Sans, yaitu font yang digunakan di mwmag yang sedang Anda baca ini.

Kegunaan tangkai serif
Pada ukuran teks kecil, seperti seukuran tulisan teks di surat kabar atau buku, umumnya tangkai pada kaki-kaki font serif membantu agar tulisan mudah dibaca. Mengapa? Karena tangkai font serif membantu membentuk garis tak tampak yang memandu kita mengikuti sebuah baris teks. Karena itulah kita banyak menjumpai buku-buku dilayout dengan serif. Menurut penelitian, seseorang yang membaca font serif bisa lebih tahan membaca karena tidak mudah lelah—akibat adanya bantuan dari tangkai serif tadi. Tapi pada kondisi-kondisi berikut ini: a) huruf amat kecil (seperti tulisan bahan-bahan di label makanan); b) huruf amat besar (seperti di plang-plang merek) yang harus dilihat dari jauh; c) di layar monitor; huruf sans serif kadang lebih mudah dibaca. Mengapa? Karena justru kaki-kaki font serif memperumit bentuk huruf sehingga sedikit lebih lama dibaca. Jika huruf kecil sekali atau pada resolusi rendah seperti di layar monitor, kaki serif bisa tampak bertindihan dan menghalangi pandangan. Karenanya kita banyak melihat plang rambu lalu lintas menggunakan huruf yang sesederhana mungkin agar bisa cepat dibaca, dan di halaman web banyak dipakai font serif karena lebih mudah dibaca pada ukuran kecil/layar kasar.

Jenis-jenis serif
Serif tiap jenis huruf pun dapat berbeda-beda. Huruf-huruf masa lama (Old Style) seperti Garamond dan huruf-huruf masa transisi (Transitional) seperti Times New Roman misalnya, memiliki tangkai yang sudutnya lengkung. Sementara pada huruf-huruf masa modern seperti Bodoni, tangkainya bersudut siku. Ada lagi yang bersudut siku pula, tapi relatif tebal/tinggi. Contohnya Egyptian. Tipe serif seperti Egyptian kadang disebut slab serif. Beberapa huruf unik tertentu memiliki tangkai serif negatif, yaitu tangkai yang masuk ke sisi dalam kaki sehingga ujung kaki nampak lebih kecil dari batang kakinya.

Skrip dan Dekoratif
Selain serif dan sans serif, ada pula jenis huruf “sambung” dan huruf “gaya bebas.” Huruf sambung atau script bisa juga Anda sebut “huruf tulis tangan” (handwriting) karena menyerupai tulisan tangan orang. Atau bisa juga disebut “huruf undangan” karena hampir selalu hadir di kartu-kartu undangan karena dipandang indah dan anggun. Ada berbagai macam huruf script dan handwriting, mulai dari yang kuno hingga modern, dari yang agak lurus hingga miring dan amat “melingkar-lingkar”. Sementara huruf “gaya bebas” mencakup segala macam jenis huruf “aneh” lain yang sulit dikategorikan dalam ketiga kategori lainnya. Kadang huruf ini bisa diinspirasi dari bentuk geometris tertentu, memadukan gambar atau pola tertentu, dan sebagainya. Di komputer juga dikenal font-font “wingdings-like” yang sebenarnya adalah clipart. Tiap hurufnya murni berupa ikon atau gambar, bukan huruf.

Umumnya jenis-jenis huruf skrip dan dekoratif digunakan untuk hiasan atau dekorasi, bukan untuk teks maupun headline teks. Karena derajat kompleksitasnya lebih tinggi, maka tidak cocok untuk teks karena akan menyulitkan pembacaan.
Bahan Bacaan Kali Ini

Buku
Tipografi Dalam Desain Grafis, Danton Sihombing, Penerbit Gramedia, 2001, cukup layak dimiliki. Buku setebal 190 halaman ini dilayout cukup apik dan membahas sejarah singkat, dasar-dasar dan klasifikasi tipe, prinsip melayout secara tipografis, dan di akhirnya menampilkan katalog sekitar 13 buah tipe terkenal. Secara keseluruhan, buku ini bisa dibilang buku tipografi terbaik di Indonesia, meskipun memiliki beberapa kekurangan seperti tidak adanya glosari maupun indeks. Beberapa gambar dalam artikel ini diambil dari buku tersebut.

Situs
Microsoft typography, www.microsoft.com/typography/. Microsoft, percaya atau tidak, adalah salah satu perusahaan yang berperan dalam mengembangkan teknologi tipe digital. Bersama Apple akhir tahun 1980-an, Microsoft membawa teknologi font vektor TrueType ke PC maupun Mac. Dan karena spesifikasi TrueType dipublikasikan, maka banyak font-font baru yang murah bermunculan. Microsoft pun banyak membuat font dan membagikannya gratis—sebagian dibundel langsung bersama sistem operasi dan sisanya dapat didownload dari situs tipografinya. Khusus untuk Web, Microsoft membayar beberapa desainer beken untuk merancang antara lain tipe Verdana (sans) dan Georgia (serif). Kedua tipe ini didesain khusus agar mudah terbaca di layar komputer, antara lain dengan cara membuat bagian x-height (perut) relatif besar. Bagi yang belum mempunyai kedua font tersebut, saya anjurkan mengambilnya dari situs Microsoft. (slm)
Modern design di awal abad ke 20 hampir serupa dengan Seni Murni pada jaman itu, yaitu merupakan reaksi atas dekadensi dari tipografi dan design di akhir abad ke 19. Penanda utama era Modern Design ialah typeface San Serif.

Di tahun 1920 Seni Konstruktivisme dari Uni soviet, menampilkan “produksi yang lebih intelektual” di bidang yang berbeda. Gerakan ini memandang seni individual sebagai hal yang tidak berguna, jadi mereka mulai menciptakan dan mengkreasikan objek yang memiliki nilai guna, seperti : gedung, teater, poster, tekstil, perabotan, logo, menu, dll.

Asas modern tipografi dicetuskan oleh Jan Tschihold lewat bukunya “New Typography”. Tschihold, dan tipografer Bahaus lainnya seperti Herbert Bayer, Lazlo Moholy Nagy dan El Lissitzky adalah “bapak- bapak” dari grafis design yang kita tau saat ini. Merekalah yang mencetuskan teknik dan gaya produksi yang digunakan sepanjang abad 20. Walaupun komputer telah merubah sistem produksi selamanya, namun cara – cara yang mereka cetuskan tetap relevan sampai saat ini.

Tahun – tahun berikutnya, desain grafis dengan style modern mulai diterima dan digunakan secara luas. Lonjakan ekonomi Amerika setelah perang dunia 2 menciptakan kebutuhan tinggi akan desain grafis, terutama di bidang periklanan dan packaging. Pindahnya sekolah desain bahaus ke chicago di tahun 1937 telah membawa “Produksi Massa” yang minimalis ke Amerika, dengan segera gaya arsitektur dan desain modern merambah di Amerika. Nama yang terkenal sepanjang pertengahan abad ke 20 ialah Adrian Frutiger yang mendesain huruf Univers dan frutiger serta Paul Rand yang memegang prinsip Bahaus serta menerapkannya pada desain desain periklanan serta logo yang populer, telah membawa pendekatan Amerika yang unik terhadap gaya minimalis eropa, Yang kemudian karyanya ini lebih dikenal sebagai corporate identity. Satu lagi ialah Josef Muller Brockman yang banyak mendesain poster yang hebat yang menciri khaskan tahun 1950-60an.

Reaksi terhadap desain grafis modern terbilang lambat tapi pasti. Keaslian tipografi era postmodern dapat dirunut ulang sejalan dengan gerakan humanisme di tahun 1950an. Hermann Zaph yang mendesai huruf Optima dan Palatino, mengaburkan garis batas antara serif dan san serif, dengan memunculkan kembali garis garis organis dalam tipografi. Apa yang mereka kerjakan ini pada akhirnya lebih banyak mendukung modernisme dibandingkan apa yang merek lakukan sebagai pemberontakan.

Titik penting era modern salah satunya ialah manifesto pertama di tahun 1964 yang telah membawa perubahan bentuk desain ke arah yang lebih radikal serta mengecam karya Рkarya yang nilai idenya rendah. Ini berpengaruh banyak pada para desainer grafisdi jaman berikutnya serta memberi kontribusi yang besar dalam kemunculan penerbitan seperti ̩migr̩ Magazine.

Saul Bass mendesain banyak gambar bergerak yang memunculkan banyak fitur dan inovasi baru dalam bidang produksi desain grafis. Milton Glaser menciptakan kampanye lewat posternya “ I Love New York” yang masih sangat terkenal hingga saat ini. Glaser mengambil gaya kunci dari budaya POP di tahun 1960 dan 1970an.

David Carson memunculkan perlawanan terhadap keterbatasan dalam desain era modern, desain – desainnya dalam majalah RayGun secara sengaja dibuat tidak legible, memunculkan desain tipografi yang lebih ditekankan secara visual dibandingkan unsur kesusastraannya.

Shortcut Design

Shortcut | Desain Grafis dan Multimedia

De Maulana Anggakarti

Pemberdayaan dan Pengembangan kepada masyarakat dan pelaku usaha

Konsepsi pendidikan singkat dengan waktu satu semester dengan biaya murah dapat menjadi salah satu solusi dan antisifasi dalam mengatasi lonjakan pengangguran selama ini dan kedepan dengan asumsi sebelum pulihnya perekonomian di negeri ini.  Dengan metoda ilmu terapan yang sangat praktis akan sangat berguna untuk pemberdayaan sumber daya manusia didaerah, dengan cara pendekatan penerapan keahlian yang lebih spesifik diharapkan setiap lapangan pekerjaan dapat terisi oleh para ahli yang telah disiapkan sebelumnya.

Seperti pemahaman dan penguasaan terhadap dasar-dasar penggunaan yang berkaitan dengan alat produksi menjadi tahapan yang sangat penting, seperti halnya menggunakan komputer dengan berbagai aplikasi tersedia. Bagaimana program aplikasi dapat mejadi bahan eksplorasi dan modifikasi disertai sentuhan kreatifitas upaya mencapai hasil dan mempunyai nilai lebih yang optimal.

Program singkat bukanlah langkah pengakalan dengan cara instan tetapi bagaimana ilmu terapan dapat dipahami serta dapat dikembangkan untuk menemukan setiap persoalan secara teknis dapat terjawab dengan singkat. Masyarakat semakin banyak tahu dan memahami serta dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sudah berang tentu akan menjadi langkah lebih positif bagi kemajuan masyarakat itu sendiri. Setiap ilmu dapat diterapkan secara pragmatis maka kenapa juga harus bersusah-susah dalam melaksanakannya.

Pemberdayaan masyarakat perlu terus dikembangkan dengan berbagai cara dan penyiraman berbagai keahlian, jadikanlah ilmu terapan sebagai kunci bagi keberhasilan masyarakat. Dengan penggunaan waktu yang cepat jika perlu murah tetapi dapat menjadi pembekalan dan pengembangan bagi setiap pelaku usaha di berbagai bidang.

Penyedia pasilitas dalam implementasi program singkat dapat dilakukan dengan berbagai cara kerjasama yang telah banyak meyimpan nilai investasi terhadap sarana dan perlengkapan yang kita namakan sebagai laboratorium, workshop, balai dan seterusnya. Bagaimana kerjasama dapat dilakukan, jadikan setiap program bisa mendapatkan keuntungan secara terbuka dan kebersamaan, katakanlah bagi masyarakat akan mendapatkan ilmu terapan yang sangat berguna sedangkan bagi  para pelaku usaha tidak lain adalah keuntungan dalam bentuk nilai uang. 

Padukan Pemberdayaan dengan pengembangan usaha tentu akan mendapat hasil kedua belah pihak yang saling menguntungkan, kita akan senang melihat masyarakat sekitar bisa maju bahkan kompetitif hal tersebut akan memberikan ciri-ciri kearah perbaikan dikemudian hari.

Shorcut Desain Grafis dan Multimedia

Konsentrasi pada bidang keahlian desain grafis dan multimedia yang meliputi pada sektor usaha percetakan, penerbitan, digital printing, rumah produksi, animasi dan seterusnya diarahkan pada pemberdayaan dan pengembangan pada sektor usaha berbasis kreatifitas yang kini banyak sebutan dengan istilah industri kreatif.  Keahlian pragmatis akan semakin banyak dibutuhkan sebagai penyangga dalam memproduksi media. Industri kreatif sangat dekat dengan media maka sangatlah wajar jika dekade sekarang media menjadi bagian primadona sebagai lahan bisnis yang belum dapat diukur dengan standarisasi nilai harga dari sebuah produk kreatifitas terkecuali jika media sudah diproduksi menjadi kebutuhan massal.

Program "shortcut" dapat diupayakan menjadi sebuah peluang yang berpotensi banyak meraup keuntungan. Katakan jika dilakukan dengan cara penggabungan antara program shortcut berdampingan dengan pola usaha. Setiap hari dapat memberikan pelayanan yang sangat menjanjikan, hal tersebut perlu konsisten dengan kurun waktu jangka panjang dalam menjalankannya. 

Rumah produksi atau studio sebut saja itu baik dalam bidang usaha visual atau musik, maka telah banyak bermunculan sebagai bentuk perubahan sikap masyarakat yang menginginkan lebih mandiri dan mendapatkan eksistensi dan aktualisasi dalam menjalankan hidup keprofesian. Pelaku dalam sektor itu terus berjuang dengan berbagai cara terobosan yang lebih inovatif agar pasar dapat mereka kuasai. meraka berjuang dengan cara-cara independen dan terbukti !!!

Shortcut Value

Anggaplah pengertian paling mendasar "shortcut value" adalah seperti program kursus, tidak perlu alergi dengan kata itu program tersebut telah  banyak dilakukan dan banyak membantu masyarakat dalam meningkatkan ilmu terapan baik pada level sekolah dasar bahkan perguruan tinggi.

Shortcut Value dengan konsetrasi ilmu terapan desain grafis dan multimedia salah satu potensial nilai ekonomis selain dapat di jadikan program pemberdayaan juga dapat dikembangkan oleh dan untuk masyarakat. Salah satu tujuan program adalah menjembatani para lulusan dengan minat mengembangkan pendidikan kecil bernuansa usaha mandiri. Anggaplah seperti inkubator yang dapat dijalankan secara kebersamaan dari berbagai keahlian personal dalam bidang ilmu terapan desain grafis dan multimedia secara khusus.

Shortcut Value, konsentrasi layanan pemberdayaan pendidikan singkat dan murah dengan cara pemanfaatan kemajuan dan perkembangan teknologi percetakan, aplikasi komputer dan teknologi informasi khususnya pemanfaatan optimasi jejaring/ web. Selain itu Shortcut Value dapat dijadikan bentuk layanan bisnis bagi masyarakat luas dalam penyedia layanan rancang dan produksi media dengan kategori garapan media informasi, media identitas , media promosi dan media kampanye.  

Spesifik Program, terdapat tiga kunci tahapan;
I.   Pemahaman Apikasi/Terapan dan Eksekusi Keterampilan Dasar Terhadap Media
II.  Pendalaman/Eksekusi Media Kebutuhan dan Kreatifitas
III. Entreprenuer Bisnis Media

Setiap konten shortcut berjalan simultan antara pengetahuan terapan terhadap penguasaan media secara aplikatif, dilakukan guide methode upaya mengarahkan terhadap pematangan dan tanggung jawab dalam setiap eksekusi rancang dan produksi media.

Simulasi Shortcut Versus Bisnis 

Pada level/ tahapan dua dilakukan eksekusi rancang dan produksi dalam pembuatan media sesuai kebutuhan masyarakat. Layanan bisnis dapat dilakukan secara simultan dengan "guide methode" dengan sistem pengawasan untuk memenuhi harapan dan menjaga mutu pelayanan terhadap pelanggan


Surat Suara Yang OMPONG

Surat Suara Yang OMPONG

De Maulana Anggakarti

Pemilihan legislatif telah berjalan dengan nilai dan mutu penyelenggaraan yang masih simpang siur antara harapan mengarah perbaikan atau sama sekali perlu dilakukan perubahan yang lebih pas dengan sistem kemasyarakatan yang kental dengan budaya sikap dan perilaku.

Jika melihat surat suara yang terdapat di TPS dimanapun anda berada ( kalau nyontreng ) maka terdapat pemilihan yang harus dilakukan pemilih adalah memilih pada kolom-kolom tersedia. Format surat suara menggunakan pola vertikal dengan susunan yang telah ditentuka nomornya. Namun jika dilihat dari sisi efisiensi cara menggunakan lembaran kertas terdapat pemborosan yang cukup banyak.

Lihat atau ingat kembali, dalan surat suara tersebut terdapat ruang-ruang kosong yang sangat dominan, jika kita hitung dalam porsentase penggunaan bidang bisa mencapai 40 % dengan posisi kosong ( ? ). Maka jika kita hitung dalam jumlah penyedia surat suara keseluruhan kelihatannya sangat TIDAK MURAH.  

Pola yang dipergunakan menggunakan format atau penyususunan secara vertikal, coba jika dibandingkan dengan cara menggunakan tata letak horizontal barangkali akan jauh lebih efektif dan tentunya akan lebih baik tidak menjadi rumit bagi peserta pemilih.

Apakah tidak lakukan uji coba ? atau berkonsultasi pada ahli percetakan dan sistem penataan tataletak. Atau barangkali tidak perlu ? Tapi ya sudahlah itulah uang kita semua yag selama ini telah terkumpul dan masuk kepada pemerintah.

Bagaimana dengan desain dan tataletak surat suara untuk berikutnya pada sistem pemilihan yang akan digelar sepanjang masa demokrasi berjalan. Kita tunggu semoga terdapat perbaikan kearah yang lebih efektif dan efisien. 

Program Alternatif

Program Alternatif Kebutuhan Masyarakat
De Maulana Anggakarti

Situasi Berkembang

Usaha dalam bidang jasa dan produk berbasis kreatifitas khususnya bidang desain grafis dan atau desain komunikasi visual sampai saat ini terus berkembang, hal tersebut sejalan dengan kemajuan dalam bidang teknologi cetak dan digital printing. Dengan dukungan kemajuan bidang teknologi informasi dalam hal ini adalah media jejaring atau istilah popular web maka keahlian profesional desain grafis akan mendapat perhatian yang kompetitif dikemudian hari. Dilain pihak pertumbuhan penyedia bisnis pendidikan tinggi memperlihatkan bahwa program studi tersebut hampir setiap tahun di berbagai daerah bermunculan baik strata sarjana, diploma dan kursus singkat. 

Penomena tersebut tentu menjadi bahan interpretasi yang cukup menjanjikan bagi masyarakat luas tentang pemahaman terhadap output atau lulusan yang menghasilkan keilmuan dan terapan keprofesian pada program studi tersebut. Sebagai ilustrasi yang cukup representatif adalah banyaknya penyedia bisnis dalam bidang media, seperti telivisi, penerbitan, percetakan dan even organiser. Hampir rata-rata aplikasi setiap gagasan komunikasi adalah bagaimana diterapkan dengan cara menyampaikan visual yang komunikatif serta representatif dari setiap pesan yang disampaikan.

Antara ilmu pengetahuan dan terapan yang didapatkan pada program studi desain grafis atau desain komunikasi visual sampai saat ini sudah mencapai batas akumulasi yang baik, anggaplah tepat guna karena hampir rata-rata pada perguruan tinggi para mahasiswa pada saat kuliah telah mendapat kesempatan menjadi desainer pemula atau yunior yang banyak dibutuhkan talenta dan keahliannya diberbagai perusahaan dengan sekala kecil atau menengah, jadi tidak heran jika terkadang banyaknya absen yang kurang baik pada saat pelaksanaan perkuliahan. Hal tersebut tidak dapat di cegah mereka butuh pengalaman pengetahuan praktik langsung sedini mungkin karena hal tersebut tidak dapat dilakukan pada bangku kuliah, walaupun eksekusi setiap tugas kuliah sebetulnya adanya kemiripan dengan cara mengerjakan pekerjaan diluar. Anggaplah sah sebagai bentuk uji sukses bagi mereka karena adanya nilai tanggung jawab yang lebih tegas jika dibanding dengan mengerjakan tugas kampus. 

Jika adanya kemiripan antara mengerjakan tugas kuliah dan pekerjaan “job order” diluar sebetulnya program studi tersebut dapat melakukan bentuk koorporasi yang cukup permanen pada setiap lembaga tersebut, artinya telah dibangun suatu kerjasama implementasi guna mendukung kemajuan kedua belah pihak. Lebih jauh adalah telah dibentuknya pola-pola pemberdayaan dan pengembangan bagi sumber daya manusia serta pelaku bisnis dan industri. Maka hal tersebut akan terjadi kesepemahaman dan pemantapan sistem profesional yang lebih terorganisir bagi kemajuan bersama. 
Sampai saat ini cara-cara tersebut masih jarang dilakukan oleh pelaku pendidikan dan pelaku bisnis padahal keduanya sangat membutuhkan.

Program Singkat

Istilah pendidikan diploma pada program studi desain grafis sebetulnya jauh lebih tepat jika melakukan sistem kerjasama keprofesian dan bisnis dengan para pelaku usaha. Jika dapat dilakukan dengan cara permanen maka kecenderungan kemajuan dalam bidang usaha penyedia media tentu jauh akan lebih berkembang karena telah dibentuk standarisasi keprofesian yang dibutuhkan kedua belah pihak. Standarisasi bidang ini sebetulnya telah lama dibuat dengan berbagai rujukan serta telah diterapkan pada program studi cuma barangkali belum diterapkan pola kerjasama pada setiap lapangan pekerjaan sehingga standarisasi hanya menjawab kebutuhan pemantapan keilmuan pada suatu lembaga. Pelaku pendidikan dan pelaku bisnis berjalan masing-masing, kami mengeluarkan saya membutuhkan. Itu akan terjadi kelak jika lulusan telah memenuhi dan mendapatkan status pengakuan diakhir kuliah.

Pendidikan diploma perlu melakukan perubahan cara pandang yang lebih realistis, dapat menerapkan langsung sejak awal saat mahasiswa masuk, sudah dibuka keran dan saluran terapan ilmu dan pengetahuan dan pola pikir yang lebih mengarah pada menjawab tantangan terhadap eksekusi ilmu terapan bukan memenuhi kerja semata. 

Ditengah situasi himpitan ekonomi dan sesaknya atmosfir kompetitif sebetulnya pendidikan singkat seperti program diploma dalam program studi ilmu tertentu perlu menjadi bukti sebagai salah satu solusi yang lebih tepat, Jika tidak sejalan dengan situasi perkembangan dan kebutuhan para pelaku usaha maka kecenderungannya tidak akan banyak diminati sebagai program singkat yang tidak dapat menjawab mempersiapkan ilmu terapan.

Program Alternatif

Merumuskan program studi yang tepat serta menyatukan antara program tersebut dengan cara dan kebutuhan para pelaku bisnis dapat menjadi bahan kajian sebagai penyusunan program alternatif. Banyak kebutuhan ilmu terapan yang dibutuhkan masyarakat luas dalam berbagai bidang, semuanya dapat dilakukan dan selalu mendapat tanggapan positif oleh kedua belah pihak bahkan telah banyak yang dapat menjawab dan dinyatakan berhasil. Sebagai contoh ilmu terapan keteknikan dalam bidang mesin dan perbengkelan. Bidang ilmu kepariwisataan sudah lama mendahului sebagai terapan ilmu yang terus dibutuhkan. 

Menselaraskan dengan cara-cara kreatif dan inovasi sebagai kata yang sudah lazim banyak dipakai cuma susah dibuktikan, diperlukan uji coba dan sukses secara konsisten dan di terapkan sesuai kebutuhan. Melakukan pemetaan serta analisis yang tepat dengan cara pemanfaatan teknologi jejaring yang terus akan berganti semakin mudah dan modern yang dapat dipakai masyarakat luas. Program alternatif adalah sahih sebagai bentuk program independen membantu sistem pemerintahan yang belum dapat dilaksanakan, semakin jauh semakin banyak ruang kebutuhan dan keperluan masyarakat yang belum dapat dan belum tentu terpenuhi. Pemberdayaan dan pengembangan setiap program studi akan semakin dibutuhkan peranan dan eksistensinya sebagai sumber ilmu tertentu.

Maka jika demikian program alternatif dengan cara waktu singkat tanpa kehilangan konsep dan etika sebetulnya dapat dilakukan oleh lembaga kecil atau menengah yang hanya memerlukan segelintir sumber daya manusia tetapi dapat menjawab kebutuhan dan keperluan masyarakat banyak. 

( berlanjut...)

April 29, 2009